Senin, 18 Januari 2010

Bila cinta tak lagi buta

(mengutip dari seseorang)

juliet akhirnya memilih mati. Ia menegak racun dan tubuhnya terkapar disisi Romeo... Yup! Bagi banyak orang, kisah Romeo dan Juliet adalah simbol kesejatian plus ketulusan cinta. Tapi lain hal dengan Leo. Menurut Leo, Juliet itu bodoh!

"Bukankah kebodohan terbesar di dunia ini adalah ketika seseorang memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri?" Ujar Leo, membela diri.

"Walaupun itu dilakukan atas nama cinta? sahut Led sambil mengerutkan kening.

"Ya," balas Leo sambil menerawang. Seolah ia melihat Juliet di atas langit-langit ruang dayaka di Padum.

"Kebodohan sampai kapanpun akan tetap menjadi kebodohan walaupun dilakukan atas nama cinta..."

"Lho, bukankah cinta itu memerlukan pengorbanan?" sanggah Led.

"Pengorbanan yang dilakukan tanpa logika adalah pengorbanan yang sia-sia. Terbukti, ketika Juliet memilih mati, kisah mereka berakhir. Coba kalau Juliet memilih hidup, mungkin kisahnya akan berakhir dengan bahagia".

"Lho, tapi khan, Shakespeare menginginkan Juliet mati."

"Tapi kematian Juliet bukan semata-mata karena rasa cintanya yang sejati, tapi semata-mata agar ceritanya menjadi menarik. Bukankah cerita yang berakhir dengan tragis akan lebih menarik? Sampek Engtay, Siti Nurbaya, misalnya..."

"Jadi pengorbanan Juliet bukan karena cinta sejatinya pada Romeo?"

"Sudah jelas, khan?"

"Trus apa artinya pengorbanan Juliet?"

"Bagi Romeo, pengorbanan Juliet nggak berarti apapun. Soalnya orang yang udah mati nggak mungkin merasakan cinta lagi. Tapi bagi kita, kematian dan pengorbanan Juliet bisa jadi pelajaran penting :
jangan sampai cinta itu membuat kita buta dan kehilangan logika!" Tegas Leo, sambil mengenang kembali peristiwa akhir tahun 2008 yang lalu, ketika seorang gadis bloon, mau membunuh diri demi mendapatkan hatinya.

Led mengangguk-angguk mesti ia belum sepenuhnya paham maksud Leo. Otak tuh anak emang sulit banget diterka jalan pikirannya. 'Kadang cara berpikirnya suka terbalik, tapi kalau dipikir-pikir ternyata ada benarnya juga.' dalam batin Led berucap.

"Heh, Pernah nonton film titanic, kapal tenggelem" tanya Leo.

Led mengganguk lagi, kali ini sambil menerka apa lagi yang bakal di bahas Leo.

"Cinta Rose kepada Jack pun nggak kalah tulus dengan cintanya juliet kepada Romeo. Tapi ketika Jack akhirnya mati, bukan berarti Rose lantas bubuh diri. Cintanya yang besar dan rasa kehilangan nggak membuatnya kehilangan kendali. Kendali itu tetap ada di otaknya. Itulah cinta sejati."

"Maksudnya ?"

"Kita selalu menyambut kedatangan orang yang kita cintai dengan mata dan hati yang berbinar-binar namun selalu mengiringi kepergiaannya dengan air mata dan keputusasaan. Cinta sejati adalah ketika kita menerima kepergiannya dengan ketulusan yang sama ketika kita menyambut kedatangannya. Karena pengorbanan terbesar adalah ketika kita harus tetap hidup sementara orang yang kita cintai telah mati..."

Cinta hanya sebuah kendaraan

(mngutip dr seseorang lagi)

"Eh, Yo," ujar Led, "Gimana kalo ada orang yang baik banget sama gue tapi gue nggak cinta sama dia, apa gue mesti nerima cintanya?"
"Hmm.." guman Leo sambil terus mengetik artikel yang berjudul usia cuma angka.
"Yo, jawab donk!"
"Leo masih terus mengetik.
" Ugh.. ngetik kok kaya meditasi, sok serius!" pekik Led


Leo, menoleh, menatap led sambil berkata. "Gue justru lagi mikir! Pertanyaan loe tadi butuh pemikiran serius. Sebab masalahnya bukan cuma nolak atau nerima, tapi lebih dari itu!"
"Sok Bijaksana" sewot Led.
"Gue ngeliat apa yang loe nggak liat, gue berpikir apa yang gak terlintas dipikiran loe, karena itu gue tahu apa yang sama sekali loe nggak tahu. Karena itu pula loe selalu nanya ke gue, kan?"
"Weee... Kalo loe lebih tahu, ayo jawab!"
"Kalo gitu jangan loe terima cintanya! Sebab cinta hanya pantas dibalas dengan cinta, bukan dengan hati yang luluh oleh kebaikan atau hutang budi." jawab Leo.
"Tapi kebaikannya itu bener-bener bikin gue nggak tega kalo harus nolak cintanya nanti". sahut Led
"Dia baik sama loe karena rasa cintanya, sementara loe menerima dia bukan karena cinta di dada loe, tapi semata-mata karena rasa nggak enak telah menerima kebaikannya. Jadinya pasti timpang. Gimana kalo ditengah jalan nanti loe jatuh cinta sama orang lain? Apa loe berani jamin kebaikan dia bakal ngalahin rasa cinta loe terhadap orang lain, sehingga loe nggak bakal menghianatinya? Kalo ya, silahkan. Kalo nggak, lebih baik pahit diawal..."

"Led merenung sejenak. Matanya yang bulat jadi menerawang.
"Yo, bukannya kebersamaan akan melahirkan cinta?" ujar Led tiba-tiba.
"Bisa aja, tapi nggak melulu begitu. Bisa juga jadi sebaliknya, cinta melahirkan kebersamaan."
"Cinta melahirkan kebersamaan?"
"iya"
"Lho, cinta khan nggak harus memiliki? kalo nggak memiliki berarti nggak harus bersama donk, sementara gue udah bersama, padahal gue belom cinta sama dia."
Giliran Leo yang bengong. seperti sesosk patung yang yang terpajang di ruang sekretariat,hanya kepalanya yang berulang kali mangut-mangut.

"Tujuan cinta adalah kebersamaan, khan?" ujar Led algi.
"Tujuan cinta adalah kebahagiaan." Sahut Leo dengan sisa bengongnya.
"Gimana bisa bahagia kalo nggak bisa bersama? cinta tanpa bisa memiliki itu khan cuma bikin sakit hati."
"Memang begitu..." sahut Leo melemah...
"Kalo gitu, gue udah sampe tujuan donk?"
"Maksud loe?"
"Gue khan udah bisa bersama, meski gue belom cinta."

Leo makin nggak ngerti.

"Iya, tadi loe sepakat kalo tujuan cinta itu adalah kebersamaan. Nah, gue udah sampai tujuan, khan?

Kali ini Leo tersenyum. Seolah ada bolham menyala di ubun-ubunnya.

"Bener..bener itu, gue sepakat."ujar Leo.
"Kebahagiaan itu tujuan, sementara cinta hanya kendaraan untuk sampai kesana. So, kalo loe udah sampai tujuan, berarti nggak butuh lagi kendaraan. Tapi loe yakin bahagia sama dia?"
"Nggak ada kebahagiaan yang melebihi bahagianya orang yang duduk bersama seseorang yang begitu baik padanya."
"bener,bener itu."
"Jadi boleh nerima cinta dia karena kebaikannya?"
"Kalo alasan loe begitu, silahkan."
"Walaupun tanpa cinta di dada gue?"
"Ya, walaupun tanpa cinta, sebab, kebersamaan dan kebaikannya bakal jadi bibit yang menumbuhkan cinta di dada loe."

Led tersenyum. Hatinya kini benar-benar plong.
"Tapi tunggu!" ujar Leo tiba-tiba.
"Apa lagi?"
"Jangan-jangan loe cuma mau manfaatin kebaikannya dia, ya?"
Led mengerutkan kening.
"Emangnya salah?"
"Bukan cuma salah, tapi nggak bermoral!"
"Lho, dengan manfaatin kebaikannya itu justru gue berlaku adil. Dia memberi dengan ikhlas dan tulus, sementara gue juga menerima kebaikannya dengan ikhlas dan tulus pula.
"Adil banget, khan? Nggak cuma itu, kalo dua orang yang sama-sama ikhlas menyatu, pasti klop banget, Khan?"
"Klop? Memberi dengan ikhlas itu sulit, sebaliknya apa sulitnya menerima dengan ikhlas?" Leo jadi sewot sendiri.

"Jangan salah, Coy! Menerima dengan ikhlas dan tulus itu kenyataannya jauh lebih sulit dari pada memberi dengan ikhlas..." Jelas Led, "Soalnya apa yang kita berikan buat orang lain pasti cuma sebagian kecil dari yang kita miliki. Apa sulitnya sih ngikhlasin yang kecil itu?
Tapi kalo menerima dengan ikhlas, wuiiih sulit Coy! Sebab menerima dengan ikhlas dan tulus berarti loe harus menerima kenyataan bahwa nasib loe nggak lebih baik dari orang yang memberi..."
"Terlalu mengada-ada>" Potong Leo.
"Oke, sekarang gini, ngikhlasin duit satu milyar itu jauh lebih gampang dari pada mengikhlasin misalnya kematian orang tua kita secara mendadak!"
"Yaa..yaa... yang itu gue setuju....." ujar Leo tanpa tahu apa yang mesti di ucapkannya lagi.
"Nah, jadi boleh dongk gue manfaatin kebaikannya dia." Sahut Led sambil cekikikan.
"Dengan satu syarat."
"Apa?"
"Bagi Hasil!"

usia,,cuma angka!!

(mengutip dari seseorang lagi)
" Yo, loe sering bilang kalau cinta itu sebenarnya suci, dan cinta itu murni, ya kalo disingkat cinta itu suci lagi murni.....

"Loe ngomong apa sih,Led, gw nggak ngerti" potong Leo ketus."
"Gimana, loe mau ngerti, kalo omongan gue belom kelar udah dipotong." jawab led sewot.

"Oke, oke, kalo gitu loe terusin deh, loe mau ngomong apa sih sebenarnya, tapi to the point aja y, nggak usah muter-muter gitu, kenapa sih?" tawar Leo yang diangguki Led.

"Maksud gue, cinta itu nggak memandang apapun juga, cinta itu tidak melihat status, usia, fisik dan latar belakang atau apapun namanya,ya kan?"

"Yup, tepat banget kawan."

"Dan loe juga pernah bilang, cinta itu nggak pandang usia, nggak peduli tua muda, besar kecil, pasti bisa merasakan yang namanya cinta. Tapi permasalahannya, kalau kita sebagai cowok ternyata harus jatuh cinta sama orang yang usianya lebih tua dari kita atau sebaliknya, cewek yang menjalin kasih sama cowok yang jauh lebih muda, apa itu salah?'

"Siapa yang bilang?"

"Ya gue barusan, lagian loe ditanya malah balik tanya." Led menjawab sewot.

"Maksud gue pendapat itu nggak bener Led. Sama sekali nggak bener. Cinta ada di sini (sambil menunjuk dadanya) bukan di usia. Masalahnya bukan pada usia, tapi seberapa besar sih kasih sayang itu. Dan kalau kita memang lebih cocok sama orang yang lebih tua, kenapa nggak? Lagian khan tergantung kita yang ngejalanin. Usia itu khan cuma angka dan cuma deret hitung, nggak lebih. Satu hal lagi, usia nggak selamanya jadi tolak ukur kedewasaan seseorang. Berapa banyak coba orang-orang muda belia jauh lebih bijak, lebih dewasa dari orang tua sekalipun. Begitu juga sebaliknya, berapa banyak orang tua yang tingkahnya kayak bocah belasan tahun?"

"jadi gue gak salah dong kalau gue mencintai orang yang usia jauh lebih tua ketimbang gue?"

"Jelas, nggak. sebab hakekat sebuah hubungan adalah kecocokan, kebahagiaan dan kemampuan kedua pihak saling mengisi satu sama lain? So, nggak ada urusan berapa pun usia pasangan kita."

"Serius loe?"

"Kalo itu bikin loe seneng, bikin loe bahagia, kenapa nggak ? Lagian sampai detik ini nggak ada larangan untuk mencintai orang yang lebih tua atau lebih muda dari kita, ya kan?" kata Leo yang lebih menyakinkan Led yang masih penasaran.

"Bener nih?" tanya Led lagi, kali ini dengan sumringah.
"Ya, ampun, Led loe masih nggak ngerti ya omongan gue. Loe nggak ngerti bahasa indonesia ya?"

"Bukan nggak ngerti, cume gue nggak yakin aja. Sekali lagi gue tanya sama loe, nggak salah dong kalo gue mencintai orang yang usianya jauh di atas gue?"

"Nggak, nggak, nggak... !!! Puas?!!" kali ini Leo yang sewot.
"Yakin?"
"Banget!"
"Sekalipun yang gue cintai adalah..... nyo- kap- loe....!"
Kata Led terbata dengan rona wajah serius, nggak becanda. Beneran !

"Leo nggak menjawab, dia cuma bengong, lalu.... Brakk... ia jatuh pingsan!

Pingsan, sudah lebih dari cukup sebagai jawaban atas pertanyaan mengejutkan itu.

(Jadi, Led benar-benar lagi jatuh cinta sama ibunya Leo yang memang di kenal sebagai janda cantik lagi seksi di kampung mereka. Usianya 20 tahun lebih tua dari Led dan Leo. Namun, sekali lagi bukankah usia cuma angka?

Selasa, 12 Januari 2010

anak kecil yang meminta belas kasihan

Miris banget hati gw pas liat mereka (anak-anak) yang seharusnya waktu mereka manfaatin dengan belajar ataupun bermain, tetapi disini mereka malah mencari uang dengan cara meminta belas kasihan kepada pengguna kereta api. Fenomena ini gw potret ketika gw naik kereta Fajar Utama Jogjakarta. Sungguh memiriskan hati apabila melihat mereka dengan suara anak kecilnya yang meminta-meminta belas kasihan.



Senin, 11 Januari 2010

Laksamana perang di Pantai Siung, Gunung Kidul, Yogyakarta



Pantai Siung merupakan salah satu pantai yang terdapat di sepanjang selatan pantai di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Pantai Siung berbeda dengan pantai di daerah Yogyakarta lainnya, seperti Pantai Parangtritis, Pantai Baron, Pantai Krakal, dan lain-lain.
Pantai Siung mempunyai pemandangan yang sangat indah.Apabila ingin melihat pemandangan keseluruhan dari pantai ini, kita dapat menaiki bukit yang terdapat di sebelah timur pinggir pantai Siung.Kita harus hati-hati dalam menaiki bukit ini, karena tanjakannya sangat terjal.
Tebing-tebing yang terjal dapat dilihat dari foto-foto dibawah ini,






Saya mendatangi pantai ini bersama dengan seorang teman saya di Bulan Agustus, 2009. Kebetulan teman saya orang Jakarta dan kuliah di Bandung, sehingga kedatangannya ke Jogjakarta pada saat itu untuk kedua kalinya (pertama kalinya ketika dia masih kecil), dan saya menawarkan Pantai Siung untuk dikunjungi oleh kita berdua. Dan hasilnya “very excited”. Pantai ini bagaikan laksamana perang yang sedang melindungi kelestarian dari pantai itu sendiri. Terbing-tebing yang terjal mengelilingi pantai Siung dan membuat pemandangannya sangat mengagumkan, walaupun setiap kita melihat ke arah bawah, terbersit rasa ketakutan, tapi rasa tersebut dikalahkan oleh kekaguman kita akan kekuasaan Tuhan.

Sedangkan dibawah ini adalah foto-foto saya ketika mengunjungi pantai in,,narsis dikit boleh kan?







jadi pengen ke pantai siung lagi..enaknya kapan yah??